MAKALAH MIKRO TEKNIK HEWAN, PREPARAT UTUH



sebelum meng copy-paste, size yang digunakan adalah A4 dan buat daftar kata keterangan/kata pengantar dan daftar isi silahkan  buat sendiri guys !!!
simak selanjutnya!!


BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Mikroteknik secara umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis, baik preparat hewan maupun tumbuhan, menganalisis preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas manfaat preparat bagi perkembangan keilmuan dan dukungan terhadap kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik hewan merupakan teknik dalam pembuatan preparat mikroskopis hewan. Beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan preparat hewan, yaitu metode parafin, metode squash, metode asetolisis, metode maserasi dan metode whole mount.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa tujuan dari preparat utuh?
2.       Apa alat dan bahan yang biasa digunakan dalam metode preparat utuh?
3.      Bagaimana cara kerja metode preparat utuh?
4.      Apa faktor keberhasilan dan faktor kegagalan dalam menggunakan metode preparat utuh?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui tujuan dari preparat utuh
2.      Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam preparat utuh
3.      Untuk mengetahui cara kerja metode preparat utuh
4.      Untuk mengetahui faktor keberhasilan dan faktor kegagalan dalam menggunakan metode preparat utuh.







BAB II
PEMBAHASAN

A.     Tujuan Preparat Utuh (Whole Mounth)
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja.
Preparat utuh yaitu preparat yang objeknya merupakan keseluruhan bagian obyek secara utuh tanpa mengurangi /melakukan pengirisan. Pengirisan hanya dilakukan untuk melakukan pemisahan jaringan yang akan dibuat preparat dari organnya.
Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu bahan. Metode Whole Mount (Preparat Utuh) merupakan metode dimana objek yang akan dibuat sebagai preparat berada dalam keadaan utuh, yaitu tanpa sectioning. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat diamati struktur utuh dari suatu organisme dan tentu saja objek akan terlihat dengan jelas ketika diamati menggunakan mikroskop.

B.     Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Metode Preparat Utuh (Whole Mounth)
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan preparat dengan teknik sediaan utuh adalah pipet, kaca preparat dan penutupnya, botol tempat pembuangan, botol tempat larutan, kertas saring, gelas arloji, dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen utuh seperti sel, embrio, nyamuk, semut, cacing pipih, dll; formol-nitrat, larrutan Bouin, formalin 4%, air, hematoxylin Delafield,  eosin 1%, alkohol dengan berbagai konsetrasi ( 30%, 50%, 70%, 80%,90%, 95%, 100%), laktofenol, xilol 1 dan xilol 2, minyak cengkeh, dan entellan.

C.     Cara Kerja  Preparat Utuh (Whole Mounth)
1.      Embrio ayam
Tahap persiapan
Pada tahap ini terlebih dahulu ditentukan umur embrio ayam yang diinginkan yang sebaiknya berumur 24 jam, 33 jam, dan 48 jam. Objek yang digunakan untuk sediaan, dalam hal ini embrio ayam terlebih dahulu diinkubasi di dalam dalam inkubator pada suhu 39oC atau 103oF. Umur embrio ditentukan mulai jam ke-0 setelah telur dikeluarkan oleh induk.
Pada tahap ini juga dilakukan pembuatan larutan yang dibutuhkan untuk pembuatan preparat. Adapun larutan yang dibutuhkan yaitu:
-          Larutan fisiologis (salin) dengan suhu 39o C.
-          Larutan alkohol 70%-asam (HCl 0,1 % dalam alkohol 70%). Misalnya untuk membuat 100 ml larutan diferensiasi maka dibutuhkan 0,1 ml HCl diencerkan dalam alkohol 70% sebanyak 99,9 ml.
-          Larutan fiksatif formol-nitrate. Larutan ini dibuat dengan perbandingan formalin 10% dan asam nitrate 10% sebesar 3: 1. Misalnya kita akan membuat 20 ml larutan formol-nitrate, maka dibutuhkan 15 ml larutan formalin 10% dan 5 ml asam nitrate 10%.
-          Larutan fiksatif Bouin (pikro-sulfat). Larutan ini dibuat dengan komposisi asam pikrat jenuh sebanyak 75 ml, formalin 25 ml dan asam cuka glasial 5 ml. Larutan ini dapat digunakan untuk jaringan hewan maupun tumbuhan. Objek dapat disimpan lama didalam larutan fiksatif ini dan tidak rusak selama mengeras.
Larutan fiksatif yang digunakan berfungsi untuk mematikan sel-sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan struktur jaringan tersebut, melindungi jaringan dari larutan yang diberikan selanjutnya, menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena pergantian indeks bias dan membuat sel-sel dalam jaringan keras.
-          Untuk pewarnaan embrio ayam digunakan hematoxylin Delafield. Larutan ini merupakan larutan yang kuat dan harus diencerkan dengan aquadest dengan perbandingan 1:1 atau 1:2. Pewarnaan ini menghasilkan warna biru setelah dicuci dengan air kran yang mengandung lithium karbonat. Adapun komposisi dari pewarna ini adalah aquadest 100 ml, amonium alum 20 gram, alkohol absolut 10 ml, gliserin 25 ml, metanol 25 ml, dan hematoxylin 1 gram
Tahap Pembuatan Sediaan
1.      Setelah kita mendapatkan telur ayam dengan berbagai usia yang kita inginkan dan kita rawat di dalam kondisi yang sesuai di dalam inkubator, maka langkah selanjutnya adalah mendapatkan embrio ayam serta memberikan beberapa perlakuan untuk mendapatkan sediaan embrio ayam yang bagus. Langkah awal yaitu memecah telur ayam dengan hati-hati dan memisahkan embrio ayam tersebut dari masa telur lainnya. Untuk memecah telur tersebut digunakan pisau dan dengan hati- hati memecah telur tersebut. Kemudian meletakkan seluruh isi telur pada bejana/ wadah/ mangkok yang berisi larutan fisiologis (salin) sebanyak 100 ml yaitu sampai seluruh masa telur dapat terendam pada suhu yang hangat sekitar 390C untuk proses pembersihan. Larutan fisiologis ini berfungsi untuk menjaga keadaan sel embrio agar tetap hidup selama kita membersihkan embrio dari masa sel lain dan selaput- selaput yang melindungi embrio. Sedangkan suhu 390C larutan fisiologis tersebut memberikan kondisi yang sesuai untuk kehidupan embrio dan sama dengan suhu selama inkubasi. Dengan larutan fisiologis tersebut, embrio akan terletak di bagian atas pada larutan, karena larutan garam fisiologis menyerap masa sel lain seperti albumin dan kuning telur dan memudahkan kita untuk memisahkan embrio dari masa telur tersebut.
2.      Fiksasi
Setelah embrio ayam cukup bersih dari masa telur yang lain kemudian dilanjutkan dengan proses fiksasi dengan menggunakan larutan fiksatif formol-nitrat pada embrio selama krang lebh 20 menit. Fiksasi merupakan tahap permulaan yang penting dalam pembuatan sediaan. Adapun tujuan fiksasi adalah untuk mematikan sel- sel dalam jaringan tanpa merusak bentuk dan struktur- strukturnya, melindungi kehancuran  dari larutan-larutan berikutnya dan menunjukkan perubahan yang disebabkan oleh diferensiasi optik karena pengantian indeks bisa serta membuat sel- sel dalam jaringan menjadi keras. Dengan adanya proses fiksatif ini akan menudahkan kita untuk melakukan pewarnaan dan perlakuan lebih lanjut karena organ tidak lunak lagi.
Setelah proses fisasi embrio, selanjutnya embrio ayam tersebut dibersihkan dari sisa- sisa selaput yang kemungkinan masih menempel pada embrio, seperti selaput vitelin dan kuning telur yang masih tertinggal dengan dari pengguntingan dalam larutan aquades. Kemudian merentangkan embrio ayam agar tidak ada bagian yang berkerut. Kemudian membuat lobang pada kertas saring berukuran lebih besar dari embrio ayam kemudian meletakkan kertas saring tersebut di atas embrio sehingga bagian kiri dan kanan serta sekitar embrio menempel pada kertas saring. Proses selanjutnya dlanjutkan dengan fiksasi dengan pikro-sulfat atau larrutan Bouin selama 6 sampai 24 jam.
3.      Dehidrasi
Selanjutnya larutan fiksatif tersebut dihilangkan dengan alkohol 70% hingga warna larutan fiksatif hilang.
Sebelum dilakukan pewarnaan terhadap embrio, sebelumnya dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan mennggunakan larutan alkohol 50%, 30% masing- masing 0,5 jam, kemudian dilanjutkan dengan perendaman dengan larutan aquades selama 0,5 jam. Perendaman ini bertujuan untuk proses rehidrasi sel-sel embrio ayam.
4.      Pewarnaan
Pewarnaan terhadap embrio ayam menggunakan hematoxylin delafield selama 1 malam. Hematoxylin delafield ini merupakan salah satu pewarna alami untuk mewarna embrio ayam. Pewarna ini cukup kuat dan diencerkan di dalam aquades dengan perbandingan 1:1 dan 1:2. Dengan zat warna ini, maka embrio akan terwarnai.
Selanjutnya setelah pewarnaan makan dilanjutkan dengan differensiasi untuk menampakkan anatomi tubuh embrio lebih jelas. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam ini, proses dehidrasi dilakukan dengan mennggunakan alkohol 70%-asam.
Setelah ini warna pewarna dilunturkan dengan dengan pencucian menggunakan air kran hingga warna menjadi biru.
5.      Dehidrasi
Setelah pencucian, proses selanjutnya yaitu dehidrasi. Dehidrasi berarti pengambilan air dari dalam jaringan. Tahap ini merupakan tahap yang penting setelah jaringan atau objek mengalami fiksasi atau pencucian, karena larutan fiksatif dan larutan untuk pencucian banyak mengandung air. Pengambilan air ini perlu, karena masih adanya air dalam jaringan merupakan suatu penghalang bagi proses- proses selanjutnya. Untuk keperluan dehidrasi pada umumnya dipergunakan alkohol dengan kadar bertingkat dari onsentrasi yang lebih rendah berturut turut ke konsentrasi yang lebih tinggi. Dalam pembuatan sediaan embrio ayam menggunakan 4 tingkatan konsentrasi yaitu 50%, 70%, 95% dan 100%, masing- masing selama 10- 15 menit.  Jaringan embrio ayam bukan merupakan jaringan yang keras dan berkayu sehingga waktu yang dibutuhkan untuk proses dehidrasi ini tidak terlalu lama.
6.      Clearing
Setelah proses dehidrasi selesai maka dilakukan proses penjernihan. Sebelumnya kita perlu melepaskan terlebih dari kertas saring yang meekat pada embrio baru kemudian dilakukan penjernihan. Penjernihan ini bermaksud untuk menghilangkan alkohol dari dalam jaringan setelah mengalami dehidrasi dengan alkohol. Menurut Gray, lautan penjernih yang baik untuk membuat sediaan untuh (whole mount) adalaj terpinol (minyak esensial dari tanaman lilac).Zat ini lebih cepat bercampur dengan alkohol 90% dan baunya tidak merangsang serta tidak merusak jaringan.
7.      Mounting dan Pelabelan
Adapun proses terakhir setelah penjernihan yaitu proses mounting. Mounting ialah meletakkan zat perekat di antara kaca benda dan kaca penutup sehingga obyek atau irisan tnggal tetap, permanen di dalamnya dan dalam keadaan transparan, untuk pemeriksaan di bawah mikroskop. Zat perekat (mounting media/ mountant) yang digunakan adalah jenis zat perekat yang daat bercampur dengan air yaitu balsam. Balsam merupakan larutan dari suatu resin dalam terpentin dan mengandung sederetan hidrokarbon yang bertitik didih tinggi sebagai penjaga plastisitas balsam bila mengering. Dengan demikian embrio ayam telah dapat diamati dalam bentuk sediaan utuh (whole mounting).







2.      Preparat Nyamuk
Dalam pembuatan metode whole mount nyamuk (Culex Sp) dimasukan ke dalam botol Flakon dalam tahapan ini hewan di masukkan ke dalam botol flakon maka langsung dilakukan fiksasi dengan cara ditetesi larutan KOH hingga hewan tadi kesemuanya terendam selama 24 jam.Fiksasi ini bertujuan untuk mematikan hewan tersebut serta memfiksasi struktur yang terdapat pada nyamuk tersebut.
Memfiksasi beberapa Hewan   nyamuk yang akan di jadikan preparat, lalu  Memindahkan bahan dalam gelas arloji, di lanjutkan dengan Memindahkan bahan dalam gelas arloji. Menetesi dengan asam asetat 10% selama 30 menit. Mencuci Dengan Aquadest Selama 10 Menit, Medehidrasi dengan Alkohol 50%70%80%100% masing selama 10 Menit, Menetesi dengan minyak cengkeh selama 30 menit. Menetesi dengan Xylol 1 selama 30 menit kemudian dipindahkan ke gelas benda. Menetesi Xylol 2 sebelum kering di tambahkan dengan ethelen langsung di tutup dengan kaca penutup.
3.      Spesimen cacing pipih
Pembuatan preparat pada spesimen cacing pipih, Sagitta dan Lucifer dengan teknik sediaan utuh menggunakan cara yang sama dengan bahan dan alat yang sama juga. Spesimen difiksasi dengan formalin 4%, kemudian dicuci dengan air dan diwarnai dengan eosin 1%. Spesimen yang telah diwarnai didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam spesimen dilakukan dehidrasi bertingkat dengan alkohol  30%, 50%, 70%, 80%, 95%, 100% , masing- masing selama 3menit. Tahap selanjutnya dilakukan penjernihan dengan menggunakan laktofenol selama 30 menit.
Selanjutnya dilakukan tahap pencucian kembali dengan menggunakan xilol 1 dan xilol 2 masing-masing 20 menit. Setelah itu tahap akhirnya adalah penutupan kaca preparat dengan bantuan entellan.
4.      Spesimen semut
Prepatat spesimen semut dengan teknik sediaan utuh dilakukan dengan cara, spesimen difiksasi dengan alkohol 70% dan didiamkan selama 24 jam, kemudian dilakukan dehidrasi bertingkat deangan alkohol 80%, 95%, 100%, masing-masing selama 10 menit. Tahap selanjutnya adalah tahap penjernihan dengan menggunakan minyak cengkeh selama 5 menit. Kemudian spesimen dicuci dengan xilol 1 dan xilol 2 masing-masing selama 20 menit dan tahap akhirnya adalah penutupan kaca preparat dengan bantuan entellan. Sediaan utuh semut yang telah dibuat kemudian diperiksa menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 4×10 sampai 10×10






D.     Faktor Keberhasilan dan Faktor Kegagalan dalam Menggunakan Metode Preparat Utuh.
Faktor kegagalan dalam pembuatan preparat yaitu
-          Ketebalan sedimen yang akan di amati sehingga sulit untuk terlihat di mikroskop
-          Kurangnya pengalaman praktikan dan kurangnya kesabaran praktikan
-          Kesalahan pada saat fiksasi dan dehidrasi.
Faktor keberhasilan dalam pembuatan preparat
      Preparat akan berhasil jika ukurannya tipis dan saat proses fiksasi sampai pelabelannya tiidak mengalami kesalahan.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Whole mounth merupakan metode pembuatan preparat yang nantinya akan diamati dengan mikroskop tanpa didahului adanya proses pemotongan. Jadi pada metode ini, preparat yang diamati adalah preparat yang utuh baik itu berupa sel, jaringan, organ maupun individu. Gambar yang dihasilkan oleh preparat whole mounth ini terlihat dalam wujud utuhnya seperti ketika organisme tersebut masih hidup sehingga pengamatan yang dapat dilakukan hanya terbatas terhadap morfologi secara umum saja.
Proses pembuatan preparatnya dimulai dengan fiksasi, dehidrasi, clearing sampai diberi perekat dan labeling.
B.     Saran
Saat meembuat preparat utuh syarat utamanya adalah berukuran kecil dan masih utuh, dan sebaiknya lebih teliti saat membuat preparat ini supaya semua gambar sel atau jaringan yang diperlukan dapat terlihat dengan jelas.















DAFTAR PUSTAKA



Comments

1

Makalah Siklus, Transformasi, dan Penyedian Sulfur (S) Biologis