Makalah Siklus, Transformasi, dan Penyedian Sulfur (S) Biologis
BAB I
PENDAHAULUAN
A.
Latar
Belakang
Semua yg ada di bumi ini baik mahluk
hidup maupun benda mati tersusun karena materi. Materi ini tersusun atas unsur-unsur
kimia diantaranya karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), &
Fosfor (P). Unsur-unsur kimia tersebut / yg umum dijuluki materi dimanfaatkan
produsen buat membentuk bahan organik dengan bantuan matahari energi yg berasal
dari reaksi kimia. Siklus ini dikenal sebagai siklus biogeokimia karena
prosesnya menyangkut perpindahan komponen bukan jasad (geo), ke komponen jasad
(bio) & kebalikannya. Siklus biogeokimia pada akhirnya cenderung memiliki
mekanisme umpan-balik yg bisa menata sendiri (self regulating) yg menjaga
siklus itu dalam keseimbangan.
Salah satu siklus biogeokimia yakni
siklus sulfur. Kita tahu jika sulfur lebih dikenal masyarakat dengan belerang
yg terkandung di dalam sumber mata air panas. Di sisi lain, siklus sulfur
memiliki peran penting dalam proses aliran energi dan materi yg terjadi di
alam. Selain itu, siklus sulfur juga memiliki berlimpah pengaruh terhadap
keberlangsungan kehidupan ekosistem serta keseimbangan dari proses siklus
biogekimia itu sendiri.
Belerang atau sulfur merupakan elemen
penting bagi semua kehidupan, dan secara luas digunakan dalam proses biokimia.
Dalam reaksi metabolik, senyawa sulfur berfungsi sebagai bahan bakar baik dan
pernafasan (oksigen-menggantikan) bahan untuk organisme sederhana. Sulfur dalam
bentuk organik hadir di biotin vitamin dan tiamin, yang terakhir yang bernama
untuk kata Yunani untuk belerang. Belerang merupakan bagian penting dari banyak
enzim dan juga dalam molekul antioksidan seperti glutathione dan thioredoxin.
Belerang organik terikat adalah komponen dari semua protein, sebagai asam amino
sistein dan metionin. Ikatan disulfida sebagian besar bertanggung jawab untuk
kekuatan mekanik dan terpecahkannya keratin protein, yang ditemukan di kulit
terluarnya, rambut, dan bulu.
Di alam, belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni
dan sulfida dan mineral sulfat. Kristal elemen sulfur biasanya dicari oleh
kolektor mineral untuk bentuk cerah mereka polyhedron berwarna. Menjadi
berlimpah dalam bentuk asli, belerang dikenal di zaman dahulu, disebutkan untuk
penggunaan di Yunani kuno, Cina dan Mesir. Asap belerang digunakan sebagai
fumigants, dan belerang yang mengandung campuran obat yang digunakan sebagai
balsem dan antiparasitics. Sulfur dirujuk dalam Alkitab sebagai belerang dalam
bahasa Inggris, dengan nama ini masih digunakan dalam istilah non-ilmiah
beberapa. Belerang dianggap cukup penting untuk menerima simbol sendiri alkemis
nya.. Hal itu diperlukan untuk membuat kualitas terbaik dari mesiu hitam, dan
bubuk kuning cerah itu dihipotesiskan oleh para alkimiawan yang mengandung
beberapa sifat emas, yang mereka berusaha untuk mensintesis dari itu. Pada
1777, Antoine Lavoisier membantu meyakinkan masyarakat ilmiah bahwa belerang
unsur dasar, bukan senyawa.
Elemen sulfur pernah diekstraksi dari kubah garam mana
kadang-kadang terjadi dalam bentuk hampir murni, tetapi metode ini telah usang
sejak akhir abad 20. Hari ini, hampir semua elemen sulfur diproduksi sebagai
produk sampingan dari menghilangkan kontaminan yang mengandung sulfur dari gas
alam dan minyak bumi. Menggunakan komersial elemen terutama dalam pupuk, karena
kebutuhan relatif tinggi tanaman untuk itu, dan dalam pembuatan asam sulfat, bahan
kimia industri primer. Terkenal lainnya menggunakan untuk elemen dalam
pertandingan, insektisida dan fungisida. Banyak senyawa sulfur odiferous, dan
bau gas alam odorized, aroma sigung, jeruk, dan bawang putih adalah karena
senyawa belerang. Hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh organisme hidup
menanamkan bau busuk karakteristik untuk telur dan proses biologis lainnya dan
elemen berkontribusi terhadap bau menyengat mereka ketika dibakar.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
proses terjadinya siklus sulfur ?
2.
Bagaimana
proses transformasi sulfur ?
3.
Bagaimana
proses penyediaan sulfur biologis ?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui proses terjadinya siklus sulfur
2.
Untuk
mengetahui proses transformasi sulfur
3.
Untuk
mengetahui proses penyediaan sulfur biologis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Siklus
Sulfur
Siklus sulfur atau daur belerang ialah
perubahan sulfur dari hidrogen sulfida menjadi sulfur dioksida lalu menjadi
sulfat dan kembali menjadi hidrogen sulfida lagi. Sulfur di alam diketemukan dalam
aneka wujud. Dalam tanah diketemukan dalam wujud mineral, diudara dalam wujud
gas sulfur dioksida, dan dalam tubuh organisme sebagai penyusun protein.
Siklus sulfur didahului karena pembentukan
sulfur dari kerak bumi dan atmosfer. Secara alami, sulfur terkandung di dalam
tanah dalam wujud mineral tanah. Dimana kerak bumi umumnya mengandung sekitar
0,06% belerang. Sulfida-sulfida logam terdapat dalam bebatuan plutonik, yaitu
batuan yg membeku di dalam kerak bumi dan tak mencapai ke permukaan bumi.
Bebatuan plutonik ini apabila hancur dan mengalami pelapukan mau membebaskan
sulfida ini lewat reaksi oksidasi dan menghasilkan sulfat (SO4-2)
yg lalu mengalami presipitasi (pengendapan) dalam wujud garam-garam sulfat yg
larut.
Di atmosfer, terdapat hampir 0,05 ppm belerang dalam
wujud gas belerang dioksida (SO2) yg mewujudkan adalah hasil emisi
pembakaran bahan bakar berbelerang seperti minyak bumi dan batubara yg
berlimpah dihasilkan karena asap kendaraan dan pabrik / gas belerang dari
gunung berapi semisal gunung arjuno di Jawa Timur. Gas SO2 tersebut
lalu terkena uap air hujan sehingga gas tersebut berubah menjadi sulfat yg
jatuh di tanah, sungai dan lautan. Dimana tanah yg mengandung berlimpah belerang
ialah tanah-tanah berpasir dan tanah-tanah yg cukup tinggi kandungan oksida Fe
dan Al seperti mineral Pirit (FeS) dan rendah kandungan bahan organik.
Sedangkan produksi sulfat lewat dekomposisi bahan organik berupa protein dan
senyawa organik lainnya yang mau menghasilkan senyawa-senyawa sederhana berupa
H2S dan sulfida (S2) yg jika teroksidasi menjadi
sulfat (SO4-2).
Tumbuhan lalu menyerap sulfat (SO4-2)
yang mengendap pada tanah, sungai, dan lautan. Di dalam tubuh tumbuhan,
sulfur diberdayakan sebagai bahan penyusun protein. Hewan dan manusia
mendapatkan sulfur dengan jalan memakan tumbuhan yang juga dimanfaatkan sebagai
energi cadangan berupa protein. Jika tumbuhan dan hewan mati, jasad renik
(dekomposer) akan menguraikannya menjadi gas berbau busuk yakni H2S
dan sulfida (S2).
Siklus sulfur dari dalam tanah, yaitu ketika ion-ion
sulfat diserap karena akar dan di metabolisme menjadi penyusun protein dalam
tubuh tumbuhan, ketika hewan dan manusia memakan tumbuhan, protein tersebut
akan berpindah ke tubuh manusia. Dari dalam tubuh manusia senyawa sulfur
mengalami metabolisme yang sisa-sisa hasil metabolisme tersebut diuraikan
karena bakteri dalam lambung berupa gas dan dikeluarkan lewat kentut. Semakin
besar kandungan sulfur dalam kentut kian kentut akan semakin bau.
Hidrogen sulfida (H2S) berasal dari
penguraian hewan dan tumbuhan yang mati karena mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur. Hidrogen sulfida hasil penguraian sebagian tetap berada dalam tanah
dan sebagian lagi dilepaskan di udara dalam wujud gas hidrogen sulfida. Gas
hidrogen sulfida di udara lalu bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur
dioksida. Sedangkan hidrogen sulfida yg tertinggal di dalam tanah dengan
bantuan bakteri akan diubah menjadi ion sulfat dan senyawa sulfur oksida. Ion
sulfat akan diserap kembali karena tanaman sedangkan sulfur dioksida akan
bereaksi dengan oksigen dan air membentuk asam sulfat (H2SO4)
yang lalu jatuh ke bumi dalam wujud hujan asam. Hujan asam akan terjadi
dikarenakan oleh polusi udara seperti asap-asap pabrik, pembakaran kendaraan
bermotor, dll. Hujan asam bisa menjadi penyebab korosi batu-batuan
dan logam. H2SO4 yang jatuh kedalam tanah karena bakteri
dipecah lagi menjadi ion sulfat yang kembali diserap karena tumbuhan, tumbuhan
di makan oleh hewan dan manusia, makhluk hidup mati diuraikan oleh bakteri
kembali menghasilkan sulfur dan begitu
seterusnya. Siklus sulfur / daur belerang tak akan pernah terhenti selama salah
satu komponen penting seperti tumbuhan masih ada di permukaan bumi ini.
Dalam daur sulfur atau daur belerang, buat merubah
sulfur menjadi senyawa belerang lainnya setidaknya ada dua jenis proses yang
terjadi. Yaitu lewat reaksi antara sulfur, oksigen, dan air serta karena
aktivitas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme yang berperan dalam siklus
sulfur diantaranya ialah bakteri Desulfomaculum dan
bakteri Desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi
sulfida dalam wujud hidrogen sulfida (H2S). Lalu H2S
diberdayakan karena bakteri fotoautotrof anaerob (Chromatium) dan
melepaskan sulfur serta oksigen. Lalu sulfur dioksidasi yang terbentuk diubah
menjadi sulfat karena bakteri kemolititrof (Thiobacillus).
Dalam daur belerang mikroorganisme yang berperan pada
setiap proses transformasi ialah sebagai berikut.
1.
H2S → S → SO4;
bakteri sulfur tak berwarna, hijau dan ungu.
2.
SO4 → H2S (reduksi
sulfat anaerobik), bakteri desulfovibrio.
3.
H2S → SO4
(Pengokaidasi sulfide aerobik); bakteri thiobacilli.
4.
S organik → SO4 + H2S, masing-masing mikroorganisme
heterotrofik aerobi.
Perpindahan sulfat terjadi melalui proses rantai makanan, lalu semua mahluk hidup mati dan akan diuraikan komponen organiknya oleh bakteri. Beberapa jenis bakteri yang terlibat dalam daur sulfur antara lain desulfomaculum dan desulfibrio yang akan mereduksi sulfat menjadi sulfida dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S). Kemudian H2S digunakan bakteri fotoautotrof anaerob seperti Chromatium yang melepaskan sulfur dan oksigen. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat oleh bakteri Kmolitotrof seperti Thiobacillus.
Siklus belerang relatif kompleks dimana melibatkan
berbagai macam gas, mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa spesi lainnya
dalam larutan. Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang
bergabung dengan oksigen membentuk gas belerang oksigen (SO2)
sebagai bahan pencemar air. Diantara spesi-spesi yang secara signifikan
terlihat dalam siklus belarang adalah gas hidrogen sulfida (H2S),
mineral-mineral seperti Pbs, asam sulfat (H2SO4),
belerang oksida (SO2) sebagai komponen utama dari hujan asam dan
belerang yang terikat dalam protein. Yang merupakan bagian dari siklus belerang
yang sangat penting adalah adanya gas SO2 sebagai bahan
pencemar dan H2SO4 dalam atmosfer. Gas SO2 dikeluarkan
dari pembakaran bahan bakar fosil yang mengandung belerang. Efek uatama dari
belerang dioksida dalam atmosfer adalah kecendruangan untuk teroksidasi
menghasilkan asam sulfat, asam ini dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
B. Transformasi Sulfur
Tanaman membutuhkan
sulfur sebanyak jumlah phosphor. Sulfur ditemukan di sistin, sistein dan
methionin, asam amino yang menyusun protein tanaman. Sulfur mengaktifkansistem
enzim tertentu dan sebagai komponen pada beberapa vitamin ( Vitamin A).Walaupun
sulfur dideskripsikan sebagai unsur hara sekunder, sebagian besar dikarenakan
tanaman tidak mengalami defisiensi unsur sulfur sesering unsur hara seperti
nitrogen, phosphor, kalium. Pada kenyataannya, banyak tanaman budidaya
mengandung jumlah rerata yang cukup pada unsure sulfur dan unsure fosfat
(Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Proses transformasi sulfur sangat mirip dengan
transformasi nitrogen, sulfur organik dan sulfur sulfide yang tereduksi
bereaksi dengan oksigen membentuk sulfat (SO4-) tersedia pada
kondisi hangat, tanah yang teraerasi baik. Proses ini sangat mirip dengan
konversi nitrogen organik menjadi ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).
Sulfat kemudian diikat oleh bacteria selama proses dekomposisi sisa-sisa
tanaman yang kaya karbon. Sulfur tersedia dapat juga diubah menjadi sulfide
pada air tanah. Kondisi hangat pada tanah ataupun saat aerasi meningkat,
sulfide yang tak tersedia bereaksi dengan oksigen untuk kembali membentuk
sulfat tersedia (Schulte,E and Kelling, K.E, 2012).
Unsur S diserap oleh akar
tanaman dari dalam tanah dalam bentuk ion sulfat (SO42-)
yang kemudian mengalami proses reduksi dan asimilasi oleh tanaman menjadi APS
(Adenosin Phospho Sulphate) dengan bantuan enzim ATP sulfurylase yang mengubah
ATP menjadi PPi. Kemudian APS diubah menjadi Sulfit (SO32-)
yang kemudian diubah menjadi sulfide (S2-). Sulfida diubah menjadi Sistein
yang diubah lagi menjadi Sulfur organik.
Belerang di dalam tanah
didapatkan dalam dua bentuk utama yaitu bentuk organik dan bentuk anorganik.
Unsur ini diserap oleh tanaman hampir seluruhnya dalam bentuk ion sulfat (S042-)
dan hanya sejumlah kecil sebagai gas belerang (SO2) yang diserap
langsung dari tanah dan atmosfir. Berdasarkan bentuknya di dalam tanah, S dapat
dikelompokkan menjadi sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi,
S-elemen, dan sulfida.
Pada umumnya belerang
dibutuhkan tanaman dalam pembentukan asamasam amino sistin, sistein dan
metionin. Disamping itu S juga merupakan bagian dari biotin, tiamin, ko-enzim A
dan glutationin. Diperkirakan 90% S dalam tanaman ditemukan dalam bentuk asam
amino, yang salah satu fungsi utamanya adalah penyusun protein yaitu dalam
pembentukan ikatan disulfida antara rantai-rantai peptida (Tisdale et al.
1990). Belerang merupakan bagian (constituent) dari hasil metabolisme
senyawa-senyawa kompleks. Belerang juga berfungsi sebagai aktivator, kofaktor atau
regulator enzim dan berperan dalam proses fisiologi tanaman. Selain fungsi yang
dikemukakan di atas, peranan S dalam pertumbuhan dan metabolisme tanaman sangat
banyak dan penting, diantaranya (1) merupakan bagian penting dari ferodoksin,
suatu komplex Fe dan S yang terdapat dalam kloroplas dan terlibat dalam reaksi
oksidoreduksi dengan transfer elektron serta dalam reduksi nitrat dalam proses
fotosintesis, (2) S terdapat dalam senyawa-senyawa yang mudah menguap yang
menyebabkan adanya rasa dan bau pada rumput-rumputan dan bawangbawangan
(Tisdale et al. 1990). Belerang dikaitkan pula dengan pembentukan klorofil yang
erat hubungannya dengan proses fotosintesis dan ikut serta dalam beberapa
reaksi metabolisme seperti karbohidrat, lemak dan protein (Tisdale et al.
1990). Belerang juga dapat merangsang pembentukan akar dan buah serta dapat
mengurangi serangan penyakit.
Sulfur
terjadi akibat dari proses terjadinya pembakaran bahan bakar fosil batu bara
atau terjadi akibat adanya aktivitas gunung berapi, lalu asapnya itu akan naik
ke atmosfer, atau udara sulfur oksida itu akan berada di awan yang menjadi
hidrolidid air membentuk H2SO4, awan akan mengalami kondensasi yang akhirnya
menurunkan hujan yang dikenal dengan hujan asam.
Air
hujan itu akan masuk kedalam tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat
peting untuk tumbuhan. Sulfat hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO4),
sulfat ini yang mampu berpindah dari bumi atau alam ketubuh tanaman atau tumbuhan
melalui penyerapan sulfat oleh akar .Sulfur akan direduksi oleh bakteri menjadi
sulfida dan berbentuk sulfur dioksida atau hidrogen sulfida. Proses daur sulfur
berikut:
1.
Erupsi gunung api,
kendaraan bermotor dan pabrik yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan
gas sulfur ke udara seperti H2S, dimetil sulfida (CH3SCH3), SO2, dan SO4.
2.
Gas-gas yang
mengandung sulfur di atmosfer bereaksi dengan awan dan turun bersama hujan
dalam bentuk ion-ion sulfat. Peristiwa ini disebut dengan hujan asam. Hujan
asam memiliki pH rendah dibawah 5,7. Awas! Hujan asam bersifat korosif pada
bangunan dan logam. Kandungan sulfat yang tinggi pada hujan asam dapat
mengancam kehidupan organisme. Banyak organisme terutama tumbuhan mati karena
hujan asam.
3.
Tumbuhan menyerap
sulfat anorganik dari dalam tanah dan menggunakannya untuk mensintesa protein.
Sementara itu hewan mendapatkan kebutuhan sulfat organik dengan memakan
tumbuhan (melalui rantai makanan).
4.
Baik hewan maupun
tumbuhan akan mati dan jasadnya diurai oleh dekomposer. Sisa jasad hewan dan
tumbuhan yang mati secara aerob terurai membentuk sulfat anorganik lagi.
5.
Bila proses
penguraiannya terjadi secara anaerob maka akan terbentuk senyawa sulfida yang
busuk dan beracun. Senyawa busuk ini juga dihasilkan secara anaerob dari
reduksi sulfat oleh bakteri sulfur. Contoh bakteri sulfur misalnya Sulfolobus
sp., jenis bakteri termofilik yang suka hidup di habitat ekstrim dengan suhu
60°-80°C (hidup di mata air belerang).
6.
Ada juga bakteri yang
merugikan kesuburan tanah karena mengubah sulfat menjadi asam sulfida sampai
menjadi belerang. Proses ini dikenal dengan desulfurikasi. Contoh bakteri yang
tersebut adalah Spirrillum desulfuricant.
7.
Jasad mati makhluk
hidup yang tertimbun selama berjuta-juta tahun menjadi bahan bakar fosil yang
mengandung sulfur. Gas sulfur akan dihasilkan tiap kali terjadi bahan bakar
fosil digunakan.
8.
Sulfat yang larut di
perairan juga bisa naik ke atmosfer saat terjadi penguapan (daur
hidrologi).
Siklus atau daur ini memiliki fungsi tertentu yaitu pertama adalah untuk membantu pembentukan butir hijau daun sehingga daun menjadi lebih hijau. Kedua untuk menambah kandungan protein dan vitamin hasil panen, dan meningkatkan jumlah anak yang menghasilkan (pada tanaman padi).
Selain
itu daur sulfur juga berperan penting pada proses pembulatan zat gula,
memperbaiki warna, aroma, dan kelenturan daun tembakau ( khusus pada tembakau
omprongan) dan memperbaiki aroma, mengurangi penyusutan selama penyimpangan,
memperbesar umbi dan bawang merah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di tarik dari makalah ini
adalah:
1. Siklus belerang relatif kompleks dimana melibatkan
berbagai macam gas, mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa spesi lainnya
dalam larutan. Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang
bergabung dengan oksigen membentuk gas belerang oksigen (SO2)
sebagai bahan pencemar air.
2. Proses transformasi sulfur sangat mirip
dengan transformasi nitrogen, sulfur organik dan sulfur sulfide yang tereduksi
bereaksi dengan oksigen membentuk sulfat (SO4-) tersedia pada
kondisi hangat, tanah yang teraerasi baik. Proses ini sangat mirip dengan
konversi nitrogen organik menjadi ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).
Sulfat kemudian diikat oleh bacteria selama proses dekomposisi sisa-sisa tanaman
yang kaya karbon. Sulfur tersedia dapat juga diubah menjadi sulfide pada air
tanah.
3. Penyediaan
Sulfur terjadinya karena adanya hujan asam, air hujan itu akan masuk kedalam
tanah yang akan diubah menjadi Sulfat yang sangat peting untuk tumbuhan. Sulfat
hanya terdapat dalam bentuk anorganik (SO4), sulfat ini yang mampu berpindah
dari bumi atau alam ketubuh tanaman atau tumbuhan melalui penyerapan sulfat
oleh akar .Sulfur akan direduksi oleh bakteri menjadi sulfida dan berbentuk
sulfur dioksida atau hidrogen sulfida.
B.
Saran
Comments